Seperti kita tahu, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
dan mengingat jasa pahawannya.Sebagai putra daerah Kediri, berikut saya
post kan tokoh pahlawan nasional yang lahir dan berasal dari Kediri.
1 . Prof Miriam Budiardjo
Prof Miriam Budiardjo lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 November
1923.Beliau wafat di Jakarta, 8 Januari 2007 pada umur 83 tahun.Beliau
adalah pakar ilmu politik Indonesia dan mantan anggota Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia. Istri Ali Budiardjo ini adalah seorang tokoh
perjuangan Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) periode
1974–1979. Prof Miriam Budiardjo juga masih bersaudara dengan Soedjatmoko.
2 . Prof. Dr. Moestopo
Prof. Dr. Moestopo lahir di Desa
Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pada 13 Juli 1913. Beliau
wafat di Bandung, Jawa Barat, pada 29 September 1986 di umur 73
tahun.Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jawa
Timur dan juga seorang tokoh militer PETA, dokter gigi dan akademisi
yang membidani lahirnya Universitas Prof Dr Moestopo Jakarta.
Beliau adalah anak keenam dari delapan bersaudara. Ayahnya, Raden
Koesoemowinoto sudah meninggal ketika Prof. Dr. Moestopo baru kelas V
HIS. Beliau menempuh pendidikan dari HIS, kemudian MULO. Setelah itu
beliau melanjutkan ke STOVIT (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi) di
Surabaya dan juga mengikuti pendidikan Orthodontle di Surabaya dan UGM, Yogyakarta. Setelah itu bbeliau mengikuti pendidikan Oral Surgeon
di Fakultas Kedokteran UI, Jakarta dan juga pendidikan sejenis di
Amerika Serikat dan Jepang. Kemudian beliau mulai bekerja sebagai Asisten Orthodontle dan Conserven de Tandheeldunda
pada tahun 1937 sampai tahun 1941. Tahun 1941-1942 beliau menjabat
sebagai Wakil Direktur STOVIT, kemudian sebagai asisten profesor dari Shikadaigaku Ikabu (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia).
Berikut ini saya tambahkan juga tokoh pemimpin juga publik figur yang
berpengaruh di Indonesia yang lahir ataupun besar di Kediri.
3 . IrJen POL. (Purn) Dr. Bibit Samad Rianto, MM, Ph.D.
IrJen POL. (Purn) Dr. Bibit Samad Rianto, MM, Ph.D lahir pada 3
November 1945 di Kediri – Jawa Timur. Perjalanan hidup Wakil Ketua KPK
nonaktif Bibit Samad Rianto ini cukup berliku. Berawal dari keluarga
yang kurang mampu, Bibit akhirnya menjadi seorang jenderal di kepolisian
hingga menjadi pimpinan KPK.
Kisah Hidup
Kondisi ekonomi, orang tua Bibit hanya mampu membiayai beliau sampai
SMP saja. Sehingga untuk melanjutkan pendidikan SMA, Bibit mencari uang
sendiri dengan menjadi kuli tenun. Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA
di tanah kelahirannya, Bibit kemudian memilih untuk bergabung di Akabri
(Akpol) dan lulus pada 1970. Alasan utama Bibit memilih Kepolisian agar
bisa menjadi perwira dan penghasilan seorang perwira pada saat itu
lumayan cukup. Selain alasan ekonomi tersebut, Bibit bercita-cita
menjadi penegak hukum yang baik sesuai dengan fungsinya untuk
masyarakat.
Setelah lulus dari Akpol, Bibit langsung mengabdikan dirinya selama
30 tahun di kepolisian. Berbagai posisi teritorial pernah diembannya,
diantaranya Kapolres Jakarta Utara, Kapolres Jakarta Pusat, Wakapolda
Jawa Timur, dan Kapolda Kalimantan Timur. Bibit pensiun dari kepolisian
pada 15 Juli 2000 dengan pangkat terakhir Inspektur Jenderal. Atas jasa
dan pengabdiannya selama bertugas, beliau mendapatkan berbagai bintang
jasa dan penghargaan. Di antaranya: Satya Lencana Kesetiaan, Satya
Lencana Dwidya Sista, Bintang Bhayangkara Nararya, Bintang Yudha Dharma
Nararya, Bintang Bhayangkara Pratama.
Bibit merupakan pelaku ‘monogami’ yang hanya memperistrikan
Sugiharti, seorang perawat asal Jawa Tengah. Pernikahan Bibit dan
Sugiharti membuah 4 buah hati yakni Yudi Prianto, Bayu, Endah
Sintalaras, dan Rini Wulandari. Semua anaknya kini sudah berkeluarga.
Dua di antaranya meniti karier yang sama dengan bapaknya yakni menjadi
polisi.
Enam tahun menjelang pensiun di kepolisian, Bibit mempersiapkan
dirinya alih profesi jadi guru. Keinginan menjadi guru merupakan buah
dari pesan almarhumah ibunya agar Bibit menjadi guru. Bibit menamatkan
studi hingga S3 dan mendapat gelar Doktor. Pesan ibunya tercapai, Bibit
pernah mengajar di Universitas Bina Nusantara selama 4 tahun, jadi
rektor Universitas Bhayangkara 3 tahun. Beliau juga pernah mengajar di
UNJ (Universitas Negeri Jakarta) dan bekas kampusnya di PTIK.
Pendidikan
- 1959: Sekolah Rakyat
- 1962: Sekolah Menengah Pertama
- 1965: Sekolah Menengah Atas
- 1965: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (tidak lulus)
- 1970: Akabri (Kepolisian/sebelum pemecahan sistem pendidikan TNI&Polri)
- 1977: Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (Program Studi S1)
- 1995: Magister Manajemen (Program Studi S2)
- 2002: Doktoral Universitas Negeri Jakarta (Program Studi S3)
Karier
- Kapolres Jakarta Utara
- Kapolres Jakarta Pusat
- 1996: Wakil Asisten Perencanaan Kepala Polri
- 1997: Wakapolda Jawa Timur
- 1997-2000: Kapolda Kalimantan Timur
- 2005: Rektor Universitas Bhayangkara Jaya
- Desember 2007-Sekarang: Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
Pensiun dari dinas Kepolisian pada tanggal 15 Juli 2000, dengan pangkat Inspektur Jenderal.
4. Enny Haryono
Enny Haryono lahir di Kediri, 10 November 1954; umur 58 tahun.Memiliki nama asli Ennie Hartati
, dia adalah seorang penyanyi dan pemain film Indonesia tahun 1970 dan
1980-an. Ia dikenal sebagai figur yang ramah terhadap semua orang.
Karier
Awal kariernya ikut lomba Bintang Radio dan Televisi tahun 1974, kemudian main film. Enny sempat menjadi peran utama dalam film Tiga Cewek Badung, Cintaku di Kampus Biru bersama aktor Roy Marten dan “Tiga Cewek Indian” bermain dengan Rae Sita.
Keluarga
Enny menikah dengan Agus Edward Rantung yang berprofesi sebagai
pegawai negri dan menghasilkan dua orang dua anak Renny Desita Rantung
dan Ricky Indrawan Rantung. Saat ini Enny membuka usaha garmen dengan
saudaranya dan juga home industri batu onik yang berlokasi di Tulungagung, Jawa Timur.
5 . Toha Mochtar
Lahir di Kediri, 17 September 1926 dan meninggal di Jakarta, 17 Mei
1992 pada umur 65 tahun.Toha adalah seorang sastrawan dan pengarang
cerita anak-anak Indonesia.
Bibliografi
Sejumlah hasil karyanya adalah:
- Pulang (1958), yang mendapat Hadiah Sastra Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1960)
- Daerah Tak Bertuan (1963), meraih Hadiah Sastra Yamin (1964)
- Kabut Rendah (1968)
- Bukan Karena Kau (1968)
- Jayamada (1971)
Novelnya “Pulang” pernah difilmkan oleh Turino Djunaedi.
Cerita anak-anak
Selain menulis novel untuk orang dewasa, Toha banyak juga menulis
buku untuk anak-anak. Pada tahun 1971 bersama Julius R. Siyaranamual dan
Asmara Nababan, ia ikut mendirikan majalah Kawanku yang ditanganinya selama sekitar 15 tahun. Majalah anak-anak ini terkenal sebagai sebuah majalah yang bermutu pada saat itu.